TUGAS
MAKALAH
PERENCANAAN
DAN PEMBANGUNAN SOSIAL
“Teori
Perilaku Sosial”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
RANI HIDAYAH
ASRI YULIA MAHARANI
URIP
DICKO
VIKTOR MARPAUNG
ASRI YULIA MAHARANI
URIP
DICKO
VIKTOR MARPAUNG
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan
mengucapkan lafaz Hamdallah, penulis
mengucapkan puji syukur kepada sang khalik yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Teori
Perilaku Sosial”.
Dalam
makalah ini penulis menjelaskan tentang apa itu perilaku sosial, faktor-faktor
pembentuk perilaku sosial, bentuk dan jenis perilaku sosial, klasifikasi
mengenai perilaku sosial menurut Max Weber, Asumsi-asumsi yang mendasari teori
tingkah laku sosial, beserta contoh kasus perilaku petani.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya
kepada:
1.
Dr. Ir. Rosiani M.Si selaku dosen pengajar
2. Orang
tua dan keluarga atas , restu, dukungan, materi dan doa yang tulus.
3. Teman-teman
satu kelompok atas perjuangan, dan kekompakan.
Penulis juga mengucapkan
permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan
yang akan datang. Penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat dan
berkontribusi nyata dalam upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Teori
Perilaku Sosial.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jambi,
1 Desemberr 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk Tuhan yang paling
special, special disini karena manusia penuh dengan dinamika. Dinamika manusia
merupakan sebuah ungkapan atau hasil dari pemberian tuhan yang sangat berharga
yaitu akal. Dengan akal inilah manusia berdinamika tentunya dengan mahluk lain.
Kelangsungan hidup manusia sebagai mahluk
sosial tidak terlepas dari kemampuanya mengatur alam ini. Selanjutnya manusia
juga sebagai mahluk sosial memiliki sikap, perilaku, kemauan, emosi, orientasi
dan juga potensi. Dalam hal ini, berkaitan dengan manusia sebagai mahluk sosial
tentunya memerlukan sebuah interaksi dan interaksi tersebut tentunya juga
berhubungan erat dengan perilaku dari manusia itu. Perilaku manusia dalam dunia
sosial ini juga memiliki andil besar dalam kelangsungan hidupnya.
Perilaku manusia merupakan respons dari
stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku
yang diambilnya. Ini berarti individu dalam keadaan aktif dalam menentukan
perilaku yang diambilnya. Hubungan antara stimulus dan respons ini tidak
berlangsung secara otomatis tetapi individu mengambil peranan dalam menentukan
perilakunya. Manusia dalam hal ini berarti memiliki kemampuan untuk menentukan
perilakunya, dan tentunya penentuan itu menggunakan akal manusia yang merupakan
hadiah terbesar dari Tuhan, Setelah manusia mendapatkan stimulus seperti yang
dikatakan tadi pada saat itu juga manusia berhak untuk menentukan perilakunya.
Dan itu semua tentunya dilandaskan dengan kesadaran, karena ketika orang
tersebut melakukan sesuatu tanpa dilandasi dengan adanya kesadaran atau bisa
dikatakan hilang kesadaranya, maka hal
tersebut tidak bisa dikatakan sebagai perilaku. Pada makalah ini penulis
akan menyajikan tentang teori perilaku sosial.
1.2.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, maka ada beberapa permasalahan yang akan penulis bahas antara
sebagai berikut:
1.
Apa itu perilaku sosial?
2.
Apa saja faktor-faktor pembentuk perilaku sosial?
3.
Apa saja bentuk dan jenis perilaku sosial?
4.
Bagaimana
klasifikasi perilaku menurut Max Weber?
5.
Bagaimana asumsi-asumsi menurut Adam Smith, David
Ricardo, dan John Stuart Mill?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini diantara yaitu sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan dan Pembangunan
Sosial untuk membuat sebuah makalah yang berjudul Teori Perilaku Sosial.
2.
Melengkapi materi kuliah Perencanaan dan Pembangunan
Sosial untuk setiap pembahasan.
1.4.
Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Menambah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa agribisnis
mengenai masalah Teori Perilaku Sosial.
2.
Menambah referensi kepada siapapun yang sedang
memerlukan bahan atau materi mengenai Teori Perilaku Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perilaku
Sosial
Menurut Rusli Ibrahim (2001), Perilaku
sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi
kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan
memerlukan bantuan dari orang lain, dimana saling ketergantungan diantara satu
orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan
hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Sejalan dengan itu, Krech, Crutchfield dan
Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial
seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan
hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik
dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam
Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan,
tindakan, sikap keyakinan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku
sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan
cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang
yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada
orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari
untung sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari
uraian di atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial
(W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan
dengan orang lain untuk memuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju
kedewasaan, interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya
secara individual. Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik
dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan
potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi
sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari
perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya
adalah perilaku sosial.
Pembentukan perilaku sosial seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang
bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang
peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan
sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata
lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah
dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial
misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam
lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
2.2.
Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada
empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, antara
lain yaitu sebagai berikut :
1.
Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang
memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya.
Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia
akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang
peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan
siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.
2.
Proses Kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku
sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar
kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi
atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan
dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang
siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman
sukses dalam pembelajaran penjaskes maka ia memiliki sikap positif
terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya
yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
3.
Faktor Lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi
perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah
pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku
sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan
masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.
4.
Tatar Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran
sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin
akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan
masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.
2.3.
Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan perilaku sosial seseorang
dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut
Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama
dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan
terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap
salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan, 1978:151-152).
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial
seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang
dapat diamati ketika seseorang berinteraksi dengan orang
lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan
perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan
terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. Perilaku sosial
dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon
antarpribadi, yaitu sebagai berikut :
1.
Kecenderungan Perilaku Peran
a.
Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang
yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya
dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak
segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat
dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat
pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka
mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan
kepentingannya.
b.
Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang
yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial
biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas,
berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras,
suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat
yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang
sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak,
tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasikepada kekuatan
dan kekerasan.
c.
Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang
yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi
kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi
masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka
mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara
sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang
yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak
suka memberi saran atau masukan.
d.
Sifat mandiri dan tergantung
Orang
yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan
oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan
cara-cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau dukungan dari
orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat
orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial
sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana
dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang
lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.
2.
Kecenderungan Perilaku dalam hubungan sosial
a.
Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang
yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya
tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf
dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat
orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan
orang lain.
b.
Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka
bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik,
senang bersama dengan yang lain dan senang berpergian. Sedangkan orang
yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
c.
Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah
biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,dan suka
bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.
d.
Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang
memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang
lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak
simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.
3.
Kecenderungan perilaku ekspresif
a.
Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka
bersaing (suka bekerjasama)
Orang yang suka
bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan
adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang
yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya
b.
Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang
agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung atau pun
tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada
penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak
agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
c.
Sifat kalem atau tenang secara sosial
Orang yang kalem
biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami
kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.
d.
Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer
biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk
mencari perhatian orang lain.
2.4.
Klasifikasi Mengenai Perilaku Sosial Menurut
Max Weber
Weber berpendapat bahwa studi kehidupan
sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan
tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri
oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial
itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan
kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif. Weber membuat klasifikasi mengenai
perilaku sosial atau tindakan sosial menjadi 4 yaitu sebagai berikut :
1.
Kelakuan yang diarahkan secara rasional
kepada tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain dapat dikatakan
sebagai kesesuaian antara cara dan tujuan. Contohnya Bekerja Keras
untuk mendapatkan nafkah yang cukup.
2.
Kelakuan yang berorientasi kepada nilai.
Berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat, nilai disini
seperti keindahan, kemerdekaan, persaudaraan, dan lain-lain. misalnya ketika
kita melihat warga suatu negara yang berasal dari berbagai kalangan berbaur
bersama tanpa membeda-bedakan.
3.
Kelakuan yang menerima orientasi dari perasaan
atau emosi atau Afektif
. contohnya seperti orang yang melampiaskan nafsu mereka.
4.
Kelakuan Tradisional bisa dikatakan
sebagai Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional.
Contohnya Berbagai macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk
melestarikan kebudayaan leluhur.
2.5.
Asumsi-asumsi yang mendasari Teori Tingkah
Laku Sosial
Manusia tentunya tidak akan terlepas dengan
individu lain, dalam hal ini adalah berperilaku, ketika perilaku dikaitkan
dengan teori social maka akan ditemukan berbagai macam asumsi-asumsi atau
pendapat terkait hal tersebut. Dan teori ini tidak bisa dilepaskan dari ide
yang pernah dilontarkan oleh para pendahulu misalnya Adam Smith, David Ricardo,
John Stuart Mill. Berdasarkan ide-ide mereka tersebut dikembangkanlah
asumsi-asumsi yang mendasari teori tingkah laku social. Antara lain:
1. Manusia
pada dasarnya tidak mencari keuntungan maximum, tetapi mereka senantiasa ingin mendapatkan
keuntungan dari adanya interaksi yang mereka lakukan dengan manusia lain.
2. Manusia
tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tetapi dalam setiap hubungan dengan
manusia lain, mereka senantiasa berfikir untung dan rugi.
3. Manusia
tidak memiliki informasi yang mencakup semua hal, sebagai dasar untuk
mengembangkan alternatif, tetapi mereka ini paling tidak memiliki informasi
meski terbatas yang bisa untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan
untung rugi tersebut.
4. Manusia
senatiasa berada pada serba keterbatasan, tetapi mereka ini tetap berkompetisi
untuk mendapatkan keuntungan dalam transaksi dengan manusia lain.
5. Meski
manusia senantiasa berusaha mendapatkan keuntungan dari hasil interaksi dengan
manusia lain, tetapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia.
6. Manusia
berusaha memperoleh hasil dalam wujud material, tetapi mereka juga akan
melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang bersifat non material, misalnya:
emosi, perasaan suka, sentimen, dan lain-lain.
Berdasarkan asumsi-asumsi
tersebut sudah jelas bahwa manusia pada dasarnya sangat membutuhkan pihak lain
atau manusia lain untuk mengambil sebuah keuntungan, baik itu keuntungan
materiil ataupun moril. Pantas saja jika manusia disebut sebagai mahluk social.
Kemudian teori ini juga memiliki
bentuk-bentuk social, bentuk-bentuk social tersebut adalah :
1. Proposisi
keberhasilan, dalam segala hal yang dilakukan seseorang, semakin sering suatu
tindakan mendapakan ganjaran (mendapat respon yang positif dari orang lain),
maka akan semakin sering pula tindakan dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
2. Proposisi
Stimulus, Jika stimulus tertentu merupakan kondisi dimana tindakan seorang
mendapatkan ganjaran, maka semakin serupa stimulus yang ada dengan stimulus
tersebut akan semakin besar kemungkinannya bagi orang itu untuk mengulang
tindakannya seperti yang ia lakukan pada waktu yang lalu.
3. Proposisi
nilai, semakin bermanfaat hasil tindakan seseorang bagi dirinya, maka akan
semakin besar kemungkinan tindakan tersebut diulangi.
4. Proposisi
kejenuhan-kerugian, semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa
maka ganjaran tersebut akan menjadi tidak bermakna.
5. Proposisi
persetujuan-perlawanan,
a. Jika
seseoramg tidak mendapat ganjaran seperti yang ia inginkan, atau mendapat
hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan menjadi marah, dan akan menjadi besar
kemungkinan bagi orang tersebut untuk mengadakan perlawanan atau menentang, dan
hasil dari perilaku semacam ini akan menjadi lebih berharga bagi dirinya.
b. Bila
tindakan seseorang mendatangkan ganjaran seperti yang ia harapkan bahkan
berlebihan, atau tindakan tersebut tidak mendatangkan hukuman seperti
keinginannya, maka ia kan merasa senang, dan akan semakin besar kemungkinannya
bagi orang tersebut orang tersebut menunjukkan perilaku persetujuan terhadap
perilaku yang dilakukan dan hasil dari perilaku semacam ini akan semakin
berharga bagi dirinya.
2.6.
Contoh
Perilaku Petani
Bapak
Ir.H.Hasman Hasyim,M.Si dan bapak Ir.M.Jufri,M.Si. Penelitian yang dilakukan
secara purposive atau sengaja. Tjuan penelitian ini adalah menganalisis sikap
petani terhadap pola RDKK pupuk bersubsidi dan hubungan karakteristik sosial
ekonomi (umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan,
produktivitas) petani dengan sikap petani padi sawah pada pola RDKK pupuk
bersubsidi di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam
penentuan sikap petani diukur dengan memakai system skala Likert sedangkan
metode Koefisien Rank Spearman dengan bantuan SPSS (Staistical Product And
Service Solution) versi 18 dalam penentuan karakteristik sosial ekonomi petani.
Hasil
penelitian diperoleh : pengajuan RDKK oleh petani sebagai anggota kelompok tani
yang bergabung dalam GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) didampingi PPL (Penyuluh
Pertanian Lapangan) kepada pengecer resmi atau kios pertanian. Sikap petani
pada pola RDKK pupuk bersubsidi yaitu dari 30 (100%) petani sampel, sebanyak 13
(43,33%) orang petani yang bersikap positif dan yang bersikap negative sebanyak
17 (56,66%) orang petani. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
petani sampel pada pola RDKK adalah negatif. tidak adanya hubungan
karakteristik sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan, lama
berusahatani, luas lahan, jumlah tagungan, dan produktivitas petani sampel pada
pola RDKK bersubsidi. Masalah-masalah yang dihadapi petani sampel dengan adanya
pola RDKK pupuk bersubsidi meliputi masalah modal dalam pembelian pupuk dan
kurangnya sosialisasi dari penyuluh pertanian lapangan serta masalah harga
pupuk yang tidak sesuai dengan harga gabah. Upaya yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah petani dengan adanya pola RDKK pupuk bersubsidi adalah
kerjasama yang baik ketua kelompok tani, PPL, dan Aparat Pemerintah Desa dalam
sosialisasi pola RDKK kepada petani.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perilaku manusia merupakan respons dari
stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku
yang diambilnya. Ini berarti individu dalam keadaan aktif dalam menentukan
perilaku yang diambilnya. Hubungan antara stimulus dan respons ini tidak
berlangsung secara otomatis tetapi individu mengambil peranan dalam menentukan
perilakunya dan dalam penentuan ini manusia manggunakan anugerah terbesar oleh
Tuhan yaitu akal. Sedangkan bentuk-bentuk perilaku dalam teori sosial antara lain: Proposisi
keberhasilan, Proposisi Stimulus, Proposisi nilai, Proposisi
kejenuhan-kerugian, Proposisi persetujuan-perlawanan. Dan berkaitan
dengan perilaku manusia adalah tentang adanya sebuah ganjaran dan hukuman,
seperti yang telah dipahami tadi mengenai asumsi-asumsi dan bentuk perilaku, tidak
dipungkiri bahwa manusia memerlukan adanya ganjaran (reward) dan hukuman (punishment)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ____. Perilaku Dalam Teori Sosial. http://mustofaart.blogspot.com/2012/05/perilaku-dalam-teori-sosial.html
(Diunduh pada tanggal 18 Desember 2012)
http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/
(Diunduh pada tanggal 18 Desember 2012)
http://galihdanary.wordpress.com/2010/12/06/teori-perilaku-sosial-max-weber-teori-sosiologi-klasik/
(Diunduh pada tanggal 18 Desember 2012)
http://henriprihantono.blogdetik.com/2009/01/12/paradigma-perilaku-sosial/
(Diunduh pada tanggal 18 Desember 2012)
i see,,aq pernah bca sblmnya, byk yg copas sii,,tp gpp, ttep kmbangkan apa yg klian punya dan smw yg klian dpet. :) smgt!
BalasHapus